Sejarah nama Jakarta. Nama Jakarta berasal dari kata “Jayakarta” yang dalam bahasa Sanskerta berarti “kota kemenangan”. Kota ini didirikan oleh seorang penguasa Hindu bernama Sri Baduga Maharaja pada abad ke-5 Masehi di tepi sungai Ciliwung. Pada masa pemerintahan Kerajaan Sunda, kota ini dikenal dengan nama “Sunda Kelapa”.
Pada abad ke-16, Jayakarta menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang penting di Asia Tenggara. Namun pada tahun 1619, VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) mengambil alih kota ini dan mendirikan Batavia sebagai markas dagangnya. Nama Batavia berasal dari kata “Batavieren”, yang merupakan suku asli Belanda.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pemerintah pusat mengubah nama Batavia menjadi Jakarta pada tanggal 22 Juni 1949. Nama Jakarta dipilih untuk menghormati jasa-jasa Pangeran Jayakarta, seorang pahlawan nasional yang melawan penjajah Belanda pada abad ke-17. Sejak saat itu, Jakarta menjadi ibu kota negara Indonesia dan terus berkembang menjadi kota metropolitan yang besar dan modern.
Hubungan antara Pangeran Jayakarta dengan penamaan Jakarta
Pangeran Jayakarta merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia yang memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda pada abad ke-17. Ia adalah penguasa daerah yang pada masa itu dikenal sebagai Jayakarta, sebuah kota kecil di tepi sungai Ciliwung. Nama Jayakarta berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “kota kemenangan”.
Ketika Belanda mengambil alih kota Jayakarta pada tahun 1619, mereka mendirikan sebuah kota dagang yang mereka beri nama Batavia. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pemerintah pusat mengubah nama Batavia menjadi Jakarta pada tahun 1949.
Nama Jakarta dipilih untuk menghormati jasa-jasa Pangeran Jayakarta dan perlawanan yang dilakukannya terhadap penjajah Belanda. Oleh karena itu, hubungan antara Pangeran Jayakarta dengan penamaan Jakarta adalah bahwa nama kota ini dipilih untuk mengenang jasa-jasanya.
Jakarta dan Pangeran Fatahillah
Pangeran Fatahillah adalah seorang panglima perang dari Kesultanan Banten yang berhasil merebut kembali Jayakarta dari penjajah Portugis pada tahun 1527. Setelah merebut kembali Jayakarta, Pangeran Fatahillah menetapkan kota ini sebagai ibu kota Kesultanan Banten.
Namun, pada tahun 1619, VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) mengambil alih kota Jayakarta dari Kesultanan Banten dan mendirikan kota dagang yang baru, yaitu Batavia. Pangeran Fatahillah sendiri tidak memiliki hubungan langsung dengan penamaan Jakarta, karena pada saat itu kota ini sudah berganti nama menjadi Batavia.
Meskipun demikian, Pangeran Fatahillah dianggap sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan asing. Oleh karena itu, di Jakarta terdapat beberapa bangunan dan monumen yang didedikasikan untuk mengenang jasa-jasanya, seperti Tugu Fatahillah yang terletak di Kota Tua Jakarta.
Ingin Belajar Sejarah? dapatkan Guru Les Privat Sejarah hanya di Jakarta Education